RENCANA PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
RPPBK
A. IDENTITAS SEKOLAH
1.
Sekolah : SMA NEGRI I BLUTO
2.
Kelas/semester : XII
3.
BidangBimbingan : Pribadi – Sosial
4.
Waktu
pelaksanaan : Selasa
5.
Tempat
pelaksanaan : Ruang kelas
6.
Alat yang
digunakan : Papan tulis dan
spidol
7.
Jenislayanan : LayananaInformasi
8.
Fungsilayanan :
Pemahaman
9.
Topik : PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA
10.
Standar Kompetensi/Tugas perkembangan
: Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria
dan wanita.
11.
Kompetensi dasar/Rumusan kompetensi
: Siswa mampu bersikap positif terhadap seksualitas dan dapat menjalin hubungan
yang sehat dengan teman sebaya baik dengan sesame jenis maupun lawan jenis.
12.
Alokasi Waktu :
1 X 45 Menit
B. TUJUAN LAYANAN
1.
Memahami pengertian Pendidikan sex
2.
Mengenal apa itu pendidikan sex
3.
Mampu memandang positif terhadap
seksualitas
4.
Memahami perilaku seksual yang
menyimpang dan dapat mengatasi dorongan seksual.
5.
Memahami cara mengatasi dampak negatif sex
C.
INDIKATOR MATERI
1. Pengertian Pendidikan sex
2. Meningkatkan dampak pasitif belajar pendidikan sex
- Mamfaat dari belajar pendidikan sex
D. KEGIATAN LAYANAN
TAHAP
|
KEGIATAN
|
WAKTU
|
PEMBUKAAN
|
1.
Salam, presensi
2.
Membina hubungan baik
3.
Menyampaikan materi tujuan dari
materi yang akan disampaikan.
|
5 Menit
|
INTI
|
· Konselor membagi kelas dalam 6 kelompok
kecil yang masing-masing kelompok diberi tugas 1 sebagai ketua, 1 sekretaris,
2 orang sebagai anggota dan 2 orang sebagai observer.
· Konselor menyampaikan materi diskusi.
13. Pengertian Pendidikan
sex dalam langkah yang positif
14. Menyampaikan langkah-langkah dalam diskusi.
15. Masing-masing kelompok meempresentasikan
hasil diskusi.
Ketua : Melaporkan hasil diskusi
Observer : melaporkan hasil observasi dalam
proses diskusi.
Kelompok lain menanggapi.
|
25 Menit
|
PENUTUP
|
1.
Konselor menyampaikan kesimpulan
2.
Evaluasi
- Refleksi hasil
Setiap siswa menceritakan
pengalaman dalam belajar selama mengikuti jalannya diskusi kelompok dengan meniliskannya
di kertas.
Beberapa siswa menyampaikannya
secara lisan.
|
5 Menit
|
C. NILAI-NILAI YANG INGIN DI
CAPAI
1.
Memahami Tentang Pendidikan sex
2.
Mampu memandang positif terhadap
seksualitas
3.
Memahami perilaku seksual yang
menyimpang dan dapat mengatasi dorongan seksual.
4.
Memahami cara dalam pendidikan sex
D. SUMBER BELAJAR
1.
Buku Bimbingan dan Konseling
ESIS
2.
LKS
3.
Buku materi penunjang lainnya.
E. MEDIA
- Powerpoint tentang masalah terkait.
- Kertas dan alat tulis
- White board.
- Papan tulis
F. METODE
1.
Ceramah, Variasi
2.
Tanya jawab,
3.
Pemberiantugas.
G. TEMPAT KEGIATAN
Ruang kelas.
H. PENILAIAN
1. Penilaian
hasil :
Penilaian hasil dilakukan melalui
:
Ø Penilaian Segera (Laiseg) : Siswa memahami materi yang telah
disampaikan.
Ø Jangka pendek (Laijapen) :
Siswa merasa senang dan dapat menerapkan dalam kehidupan sewhari-hari tentang
masa puber yang tidak mereka dapatkan dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
Yang di ukur dengan menggunakan lembar refleksi diri
Ø Jangka panjang(Laijapang) : di
ukur dengan menggunakan lembar observasi siswa
(untuk dapat mengetahui perubahan sikap melalui pengamatan langsung
terhadap perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan tersebut).
2. Penilaian
Proses :
Penilaian proses
dilaksanakan melalui analisis terhadap keterlibatan siswa dalam pelaksanaan
kegiatan.
Aspek yang diamati:
-
Partisipasi
siswa dalam diskusi
-
Penyelesaian
tugas refleksi diri
Mengetahui Koordinator
BK Sumenep, april 2012
Kepala UPT. Pendidikan
Guru Pembimbing prktikan
SMA I BLUTO Ridwan
Rhomadani
……………………………… ……………………. ……………………………
Materi
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKSUAL
Pendidikan
adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan dan cara mendidik.
Drs.
Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian utama
Secara
umum, dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja
dan dilakukan dengan sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian anak
dala ranga mempersiapkan mereka menjadi anggota di masyarakatnya dengan
kepribadian yang matang.
Sedangkan
istilah seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. Menurut J.S. Tukan
seksual itu terdiri dari aspek metal, fisik, emosional dan psikologis dalam
bentuk badaniah, dalam artian bahwa apa saja yang dilakukan sepanjang hari
memiliki corak seks karena seks merupakan keseluruhan dari kepribadian pria
ataupun wanita shingga seks tidak hanya berarti organ-organ genital.
Pengertian
seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau
hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki
dengan perempuan. Karakter
seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini
seperti yang pendapat berikut ini : Sexual
characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are
directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia).
Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs that
generally distinguish one sex from the other but are not essential to
reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial
hair and deeper voices characteristic of men (Microsoft Encarta
Encyclopedia 2002)
Pengertian
seksual di sini ditanggapi dalam arti yang seluas-luasnya dan umum sifatnya.
Pengertian tidak terbatas pada masalah reproduksi, regenerasi, perkembangan
jenis dalam pengertian biologis dan eksistansi spesiesnya, dan dikatakan umum
karena menyangkut banyak hal mengenai proses dan perilakunya dalam pergaulan.
Dari
beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan seks
adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan dan membentuk manusia-manusia dewasa
yang dapat menjalanan kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi
seksnya erta bertanggungjawab baikdari segi inividu, sosial maupun agama.
B.
PERILAKU SEKSUAL REMAJA
Perilaku
seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat
beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan,
bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun
lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini
memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi
orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku
seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis
yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
Berbagai
perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan
seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
1. Masturbasi atau onani
yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam
rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali
menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai
perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada
ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk
menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3. Berbagai kegiatan yang mengarah
pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya
seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan
tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Dorongan
atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh
karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan
usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.
C.
TUJUAN PENDIDIKAN SEKSUAL PADA REMAJA
Pendidikan seks adalah
salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya
untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan
yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan
berdosa.
Pendidikan seksual
selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan
tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus
memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama
diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad
pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi
orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks
Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus
dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama
manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan
bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin
tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan
agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa
mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan
material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal
seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo,
Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan
pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
1. Memberikan pengertian yang
memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang
berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan
kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran,
tuntutan dan tanggung jawab)
3. Membentuk
sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang
bervariasi
4.
Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada
kedua individu dan kehidupan keluarga.
5.
Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.
6.
Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu
dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan
fisik dan mentalnya.
7.
Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak
rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
8.
Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya
sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan
seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap
masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat
dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar
mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih
sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting
untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar
menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk
tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
D. MATERI PENDIDIKAN SEKS
Materi secara umum
berarti isi dari sesuatu atau bahan. Adapun yang dimaksud dengan materi
pendidikan seks adalah bahan yang harus disampaikan kepada seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha membimbing dan mengarahkan perkembangan seksualnya
agar ia terbebas dari manipulasi di bidang seks dan dapat bertanggungjawab
terhadap seksualitasnya.
Materi pendidikan seks
yang diberikan kepada anak meliputi:
1.
Etika seksual baik
ditinjau dari segia agama maupun social.
2.
Pengetahuan mengenai
anatomi dan fisiologi alat kelamin serta proses reproduksi pada manusia.
3.
Penanaman kesadaran
peran sosial anak laki-laki dan perempuan.
4.
Perkembangan manusia
proses reproduki dan kontrasepsi.
5.
Perilaku seksual yang
sehat dan yang menyimpang.
E. METODE PENDIDIKAN SEKS
Dalam pengertian umum,
metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Ada beberapa metode yang
dapat dipakai dalam pelaksanaan pendidikan seks, antara lain:
1.
Metode tanya jawab dan
dialog
Metode ini dapat digunakan untuk
mengarahkan proses berpikir anak, mengevaluasi seberapa jauh pengetahuan anak
mengenai seksualitas, dan mengukur seberapa jauh pengertian anak terhadap
masalah tersebut.
2.
Metode keteladanan
Memberikan keteladanan merupakan
cara yang efektif, sebab dalam metode terebut memberikan gambaran dan isyarat
yang jelas terhadap anak mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dicontoh.
3.
Metode pengawasan dari
hal-hal yang dapat merusak perkembangan seksual anak
Contoh penerapan metode ini adalah
dengan mendampingi ana saat menyaksikan acara-acara media elektronik dan
menjauhkan anak dari ontonan seks dan sadisme.
4.
Penanaman sikap
disiplin terhadap norma-norma agama dan sosial
5.
Menanamkan sifat-sifat
maskulin dan feminine melalui permainan
Hal ini bertujuan agar anak tumbuh
menjadi laki-laki dan perempuan sejati dan bangga dengan jenis seksualnya serat
dapat menghormati jenis seksual lainnya.
F. PERAN ORANG TUA DALAM
PENDIDIKAN SEKS
Para ahli berpendapat
bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan
yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah
seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab,
terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah
diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak
laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan
antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai
dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan
pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks.
Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses
kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah
kedewasaan.
Beberapa hal penting
dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D.
Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1. Cara menyampaikannya harus wajar
dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus
obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar
anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti
misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa
uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi
uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan
anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap
mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan
dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk
dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus
diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat
lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan
khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan
bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif)
selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru
dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat
(reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari
pengetahuannya.
Saya yakin pasti masih ada cara-cara
lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan
pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki
kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih
berat di masa yang akan datang.
1.
Mengapa Perlu Pendidikan Seks?
2.
Kapan Pendidikan Seks Dimulai?
3.
Bagaimana Pendidikan Seks Diberikan?
Keterlibatan siswa
NO
|
NAMA SISWA
|
BERTAYA
|
BERPENDAT
|
MENJAWAB
|
|||||||||
1
|
K
|
S
|
C
|
SB
|
K
|
C
|
S
|
SB
|
K
|
C
|
S
|
SB
|
|
2
|
|||||||||||||
3
|
|||||||||||||
4
|
|||||||||||||
5
|
|||||||||||||
6
|
|||||||||||||
7
|
|||||||||||||
8
|
|||||||||||||
9
|
|||||||||||||
10
|
|||||||||||||
Keterangan
b. K =
Kurang
c. B =
Baik
d. C =
Cukup
e. SB =
sangat baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar