Rabu, 11 Juli 2012

RPBK


RENCANA PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
RPPBK

A.    IDENTITAS SEKOLAH
1.      Sekolah                                   : SMA NEGRI I BLUTO
2.      Kelas/semester                        : XII
3.      BidangBimbingan                   : Pribadi – Sosial
4.      Waktu pelaksanaan                 : Selasa
5.      Tempat pelaksanaan                : Ruang kelas
6.      Alat yang digunakan               : Papan tulis dan spidol
7.      Jenislayanan                            : LayananaInformasi
8.      Fungsilayanan                         : Pemahaman
9.      Topik                                       : PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA
10.  Standar Kompetensi/Tugas perkembangan : Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria dan wanita.
11.  Kompetensi dasar/Rumusan kompetensi : Siswa mampu bersikap positif terhadap seksualitas dan dapat menjalin hubungan yang sehat dengan teman sebaya baik dengan sesame jenis maupun lawan jenis.
12.  Alokasi Waktu                        : 1 X 45 Menit

B.     TUJUAN LAYANAN
1.      Memahami pengertian Pendidikan sex
2.      Mengenal apa itu pendidikan sex
3.      Mampu memandang positif terhadap seksualitas
4.      Memahami perilaku seksual yang menyimpang dan dapat mengatasi dorongan seksual.
5.      Memahami cara mengatasi dampak negatif sex
C.     INDIKATOR MATERI
1.      Pengertian Pendidikan sex
2.      Meningkatkan dampak pasitif belajar pendidikan sex
  1. Mamfaat dari belajar pendidikan sex
D.    KEGIATAN LAYANAN

TAHAP
KEGIATAN
WAKTU
PEMBUKAAN
1.      Salam, presensi
2.      Membina hubungan baik
3.      Menyampaikan materi tujuan dari materi yang akan disampaikan.
5 Menit
INTI
·      Konselor membagi kelas dalam 6 kelompok kecil yang masing-masing kelompok diberi tugas 1 sebagai ketua, 1 sekretaris, 2 orang sebagai anggota dan 2 orang sebagai observer.
·      Konselor menyampaikan materi diskusi.
13.    Pengertian Pendidikan sex dalam langkah yang positif
14.    Menyampaikan langkah-langkah dalam diskusi.
15.    Masing-masing kelompok meempresentasikan hasil diskusi.
Ketua : Melaporkan hasil diskusi
Observer : melaporkan hasil observasi dalam proses diskusi.
Kelompok lain menanggapi.
25 Menit
PENUTUP
1.      Konselor menyampaikan kesimpulan
2.      Evaluasi
- Refleksi hasil
Setiap siswa menceritakan pengalaman dalam belajar selama mengikuti jalannya diskusi kelompok dengan meniliskannya di kertas.
Beberapa siswa menyampaikannya secara lisan.
5 Menit

C.    NILAI-NILAI YANG INGIN DI CAPAI
1.      Memahami Tentang Pendidikan sex
2.      Mampu memandang positif terhadap seksualitas
3.      Memahami perilaku seksual yang menyimpang dan dapat mengatasi dorongan seksual.
4.      Memahami cara dalam pendidikan sex
D. SUMBER BELAJAR
1.     Buku Bimbingan dan Konseling ESIS
2.     LKS
3.     Buku materi penunjang lainnya.

E. MEDIA
  1. Powerpoint tentang masalah terkait.
  2. Kertas dan alat tulis
  3. White board.
  4. Papan tulis

F. METODE
1.      Ceramah, Variasi
2.      Tanya jawab,
3.      Pemberiantugas.

G. TEMPAT KEGIATAN
Ruang kelas.

H. PENILAIAN

1.      Penilaian  hasil :
Penilaian hasil dilakukan melalui :
Ø  Penilaian Segera (Laiseg) : Siswa memahami materi yang telah disampaikan.
Ø  Jangka pendek (Laijapen)     : Siswa merasa senang dan dapat menerapkan dalam kehidupan sewhari-hari tentang masa puber yang tidak mereka dapatkan dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Yang di ukur dengan menggunakan lembar refleksi diri
Ø  Jangka panjang(Laijapang)  : di ukur dengan menggunakan lembar observasi siswa
(untuk dapat mengetahui perubahan sikap melalui pengamatan langsung terhadap perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan tersebut).
2.      Penilaian  Proses :     
Penilaian proses dilaksanakan melalui analisis terhadap keterlibatan siswa dalam pelaksanaan kegiatan.
 Aspek yang diamati:
-          Partisipasi siswa dalam diskusi
-          Penyelesaian tugas refleksi diri

Mengetahui                                               Koordinator BK                      Sumenep,   april 2012
Kepala UPT. Pendidikan                         Guru Pembimbing                   prktikan
SMA I BLUTO                                                                                        Ridwan Rhomadani

                         
………………………………                  …………………….               ……………………………

















Materi


A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKSUAL

Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik.
Drs. Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama
Secara umum, dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja dan dilakukan dengan sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian anak dala ranga mempersiapkan mereka menjadi anggota di masyarakatnya dengan kepribadian yang matang.
Sedangkan istilah seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. Menurut J.S. Tukan seksual itu terdiri dari aspek metal, fisik, emosional dan psikologis dalam bentuk badaniah, dalam artian bahwa apa saja yang dilakukan sepanjang hari memiliki corak seks karena seks merupakan keseluruhan dari kepribadian pria ataupun wanita shingga seks tidak hanya berarti organ-organ genital.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic of men (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)
Pengertian seksual di sini ditanggapi dalam arti yang seluas-luasnya dan umum sifatnya. Pengertian tidak terbatas pada masalah reproduksi, regenerasi, perkembangan jenis dalam pengertian biologis dan eksistansi spesiesnya, dan dikatakan umum karena menyangkut banyak hal mengenai proses dan perilakunya dalam pergaulan.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan seks adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan dan membentuk manusia-manusia dewasa yang dapat menjalanan kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksnya erta bertanggungjawab baikdari segi inividu, sosial maupun agama.

B.     PERILAKU SEKSUAL REMAJA
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
     Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.


C.     TUJUAN PENDIDIKAN SEKSUAL PADA REMAJA
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab)
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi
4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
7.  Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.

D.    MATERI PENDIDIKAN SEKS
Materi secara umum berarti isi dari sesuatu atau bahan. Adapun yang dimaksud dengan materi pendidikan seks adalah bahan yang harus disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang dalam usaha membimbing dan mengarahkan perkembangan seksualnya agar ia terbebas dari manipulasi di bidang seks dan dapat bertanggungjawab terhadap seksualitasnya.
Materi pendidikan seks yang diberikan kepada anak meliputi:
1.      Etika seksual baik ditinjau dari segia agama maupun social.
2.      Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi alat kelamin serta proses reproduksi pada manusia.
3.      Penanaman kesadaran peran sosial anak laki-laki dan perempuan.
4.      Perkembangan manusia proses reproduki dan kontrasepsi.
5.      Perilaku seksual yang sehat dan yang menyimpang.

E.     METODE PENDIDIKAN SEKS
Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Ada beberapa metode yang dapat dipakai dalam pelaksanaan pendidikan seks, antara lain:
1.      Metode tanya jawab dan dialog
Metode ini dapat digunakan untuk mengarahkan proses berpikir anak, mengevaluasi seberapa jauh pengetahuan anak mengenai seksualitas, dan mengukur seberapa jauh pengertian anak terhadap masalah tersebut.
2.      Metode keteladanan
Memberikan keteladanan merupakan cara yang efektif, sebab dalam metode terebut memberikan gambaran dan isyarat yang jelas terhadap anak mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dicontoh.
3.      Metode pengawasan dari hal-hal yang dapat merusak perkembangan seksual anak
Contoh penerapan metode ini adalah dengan mendampingi ana saat menyaksikan acara-acara media elektronik dan menjauhkan anak dari ontonan seks dan sadisme.
4.      Penanaman sikap disiplin terhadap norma-norma agama dan sosial
5.      Menanamkan sifat-sifat maskulin dan feminine melalui permainan
Hal ini bertujuan agar anak tumbuh menjadi laki-laki dan perempuan sejati dan bangga dengan jenis seksualnya serat dapat menghormati jenis seksual lainnya.
  
F.     PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN SEKS
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Saya yakin pasti masih ada cara-cara lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang.

1.      Mengapa Perlu Pendidikan Seks?
2.       Kapan Pendidikan Seks Dimulai?
3.      Bagaimana Pendidikan Seks Diberikan?
Keterlibatan siswa
NO
NAMA SISWA
BERTAYA
BERPENDAT
MENJAWAB
1

K
S
C
SB
K
C
S
SB
K
C
S
SB
2













3













4













5













6













7













8













9













10




























Keterangan
b.      K         = Kurang
c.       B         = Baik
d.      C         = Cukup
e.       SB       = sangat baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar